Mandailing adalah salah satu Puak Batak bertempat tinggal di pendalaman pesisir pantai Barat Pulau Sumatera. Termasuk Puak Batak karena menggunakan bahasa yang hampir mirip dengan bahasa Batak Toba dan Batak Angkola, serta Batak Simalungun. Begitu pula dengan adat istiadatnya yang Patrilinealistik. Juga menggunakan marga yang diturunkan secara turun temurun. Sebagian besar dari marga-marga tersebut terdapat pula di belahan Toba, Angkola, Simalungun. Hal ini menimbulkan dugaan bahwa tentulah di masa yang lalu terdapat hubungan kekerabatan yang terlupakan oleh sejarah tertulis.
Dalam sejarahnya masyarakat Mandailing hidup dengan sistem pemerintahan tradisional, tradisi persawahan, pengembalaan kerbau, pelombongan/penambangan mas, persenjataan, dan perairan.
Kaya dengan mitologi asal-usul marga, Mandailing tercatat dalam kitab Nagarakertagama pada abad ke 14 M, namun sulit mendapatkan catatan sejarah mengenai mereka.
Tanah Mandailing dapat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu :
1. Mandailing Godang
2. Mandailing Julu.
Masyarakat Mandailing diatur dengan menggunakan sistem sosial Dalian na Tolu (Tumpuan Yang Tiga) - merujuk kepada aturan kekerabatan marga - yang diikat meneruskan perkawinan dan prinsip Olong Dohot Domu (Kasih Sayang dan Keakraban).
Sistem pemerintahan Mandailing bersifat demokratis dan egalitar. Lembaga pemerintahan Na Mora Na Toras (Yang Dimuliakan dan Dituakan) memastikan keadilan dan kepemimpinan yang dinamis.
Gordang Sambilan adalah gendang adat yang terdiri dari sembilan buah gendang yang relatif besar dan panjang, dan digunakan dalam ucapcara perkawinan, penabalan dan kematian.
Sabe-Sabe selendang istiadat dipakai untuk upacara adat dan untuk tarian adat yang disebut Tor-Tor.
MARGA-MARGA MANDAILING
Ada yang memperkirakan bahwa di Mandailing terdapat 13 marga. Marga-marga itu ialah :
1. Hasibuan
2. Dalimunte
3. Mardia
4. Pulungan
5. Lubis
6. Nasution
7. Rangkuti
8. Parinduri
9. Daulae
10. Matondang
11. Batu Bara
12. Tanjung
13. Lintang
Lumrahnya setiap marga mempunyai nenek moyang yang sama. Tetapi ada juga sejumlah marga yang berlainan nama tetapi mempunyai nenek moyang yang sama. Misalnya, marga Rangkuti dan Parinduri; Pulungan, Lubis dan Harahap; Daulae, Matondang serta Batu Bara. Melalui tarombo atau silsilah keturunan dapat diketahui nenek moyang bersama sesuatu marga. Dan dari jumlah generasi yang tertera dalam tarombo dapat pula diperhitungkan berapa usia suatu marga atau sudah berapa lama suatu marga tinggal di Mandailing.
Dari banyak marga tersebut, terdapat dua marga besar yang berkuasa, yang masing-masing menduduki sebuah wilayah luas yang bulat. Marga-marga penguasa itu adalah :
- Nasution di Mandailing Godang,
- Lubis di Mandailing Julu.
Menurut Abdoellah Loebis, marga-marga di Mandailing dibedakannya berdasarkan wilayah Tanah Mandailing.
1. Mandailing Julu dan Pakantan adalah seperti berikut:
- Lubis (yang terbahagi kepada Lubis Huta Nopan dan Lubis Singa Soro),
- Nasution,
- Parinduri,
- Batubara,
- Matondang,
- Daulay,
- Nai Monte,
- Hasibuan,
- Pulungan.
2. Marga-marga di Mandailing Godang pula adalah:
- Nasution yang terbagi atas Nasution Panyabungan, Tambangan, Borotan, Lantat, Jior, Tonga, Dolok, Maga, Pidoli, dan lain-lain.
- Lubis,
- Hasibuan,
- Harahap,
- Batu Bara,
- Matondang (keturunan Hasibuan),
- Rangkuti,
- Mardia,
- Parinduri,
- Batu na Bolon,
- Pulungan,
- Rambe,
- Mangintir,
- Nai Monte,
- Panggabean,
- Tangga Ambeng,
- Margara.
(Rangkuti, Mardia, dan Parinduri asalnya dari satu marga)
Menurut Basyral Hamidy Harahap dan Hotman M. Siahaan,
a. Marga-marga yang banyak terdapat di Angkola dan Sipirok adalah :
- Pulungan,
- Baumi,
- Harahap,
- Siregar,
- Dalimunte,
- Daulay.
b. Di Padang Lawas juga terdapat marga-marga :
- Harahap,
- Siregar,
- Hasibuan,
- Daulay,
- Dalimunte,
- Pulungan,
- Nasution,
- Lubis.
Jumat, 11 Juni 2010
Marga-marga di Etnis Mandailing.
Sebelum kita mengetahui marga-marga yang terdapat di etnis mandailing, lebih baiknya kita tahu sekilas tentang suku mandailing.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar